Data yang dirilis Alzheimer’s Disease International, World Health Organization, pada tahun 2017 menyebutkan, kejadikan demensia Alzheimer di dunia menunjukkan peningkatan yang sangat cepat dan signifikan, di mana 46,8 juta atau hampir 50 juta orang di dunia didiagnosis menderita demensia Alzheimer. Dari angka tersebut, sekitar 20,9 juta tercatat terjadi Asia Pasifik. Diperkirakan, ada sekitar 10 juta kasus baru setiap tahunnya.
Bagaimana dengan Indonesia? Dalam rilis yang sama disebutkan, ada sekitar 1,2 juta orang yang menderita demensia alzheimer pada tahun 2016. Jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi 2 juta penderita di tahun 2030 dan menjadi dua kali lipatnya atau sebesar 4 juta orang pada tahun 2050.
Beda Demesia dan Alzheimer
Demensia adalah istilah untuk menggambarkan kumpulan gejala penurunan fungsi kognitif seperti daya ingat, pengambilan keputusan, dan emosi. Lama-kelamaan, hal ini kerusakan yang lebih banyak pada otak. Demensia juga umumnya juga disertai dengan gangguan perilaku dan kepribadian, termasuk depresi, agitasi, halusinasi, dll. Semakin tua, risiko terkena demensia akan semakin besar
Sementara itu, Alzheimer merupakan salah satu jenis demensia yang paling banyak diderita oleh masyarakat. Ada juga jenis demensia lainnya seperti demensia vaskuler, lewy bodies demensia, demensia frontotemporal, dan demensia-Parkinson.
Secara teknis, Alzheimer merupakan penyakit yang memengaruhi otak. Dalam kurun waktu tertentu protein plak dan serat yang berbelit berkembang dalam struktur otak yang menyebabkan kematian sel-sel otak. Mereka yang menderita Alzheimer juga memiliki kekurangan beberapa bahan kimia penting dalam otak mereka. Bahan kimia ini terlibat dengan pengiriman pesan dalam otak.
Beda “Lupa Normal” dan Alzheimer?
Hal yang paling mendasar untuk membedakan antara alzheimer dan lupa nomal adalah pada activity daily living, dimana orang yang lupa biasa, mereka masih tergolong mandiri dan akan ingat kembali setelah beberapa saat setelah ada pancingan.
Berbeda dengan lupa pada alzheimer dimana mereka cenderung akan mudah lupa pada sesuatu yang baru saja terjadi dan bertanya secara berulang-ulang. Penderita juga biasanya butuh dibantu atau cenderung tidak mandiri.
Gejala Awal Alzheimer
Beberapa gejala awal yang paling umum adalah gangguan daya ingat, sulit fokus, dan cenderung sulit melakukan kegiatan-kegiatan yang biasanya mudah dilakukan sehari-hari.
Selain itu, mereka biasanya juga mengalami disorientasi atau kebingungan atau ketidaktahuan akan waktu, kesulitan membaca, mengukur, dan menentukan jarak. Mereka juga sulit membedakan warna, tidak mengenai wajah sendiri ketika bercermin, dll.
Gejala khas lainnya adalah sering menaruh barang di tempat yang tidak tepat, salah mengambil keputusan dll. Pada gilirannya, mereka cenderung menarik diri dari kehidupan sosialnya serta mengalami perubahan sikap.
Mengurangi Risiko Alzheimer
Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk menurunkan risiko alzheimer. Yang pasti adalah dengan menjaga kesehatan, utamanya kesehatan jantung, tetap bergerak, berolahraga, dan melakukan kegiatan produktif lainnya, serte rajin menstimulasi otak, baik secara fisik, mental dan spiritual.
Hal lain yang juga tidak boleh ditinggalkan adalah mengonsumsi sayur dan buah atau menjaga gizi yang seimbang. Jika diperlukan, dapat juga mengonsumsi suplemen, khususnya suplemen yang mengandung omega-3 yang sangat baik untuk otak, seperti spirulina.